BUKITTINGGI – asakitanews.com – Pengamat politik kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Rinaldo, menilai pilkada 2024 memperebutkan kursi nomor 1 di kota itu, didominasi dua pasang kandidat. Hal ini, ia sampaikan kepada asakitanews.com, Selasa (8/10/2024) malam.
“Kedua pasang calon wali kota Bukittinggi yang mendominasi itu, terlihat kerahkan segala kemampuan saat ikuti kontestasi di pilkada 2024 ini,” ujarnya, namun Rinaldo menyebut samar siapa kandidat dimaksud.
“Ah, pasti masyarakat atau kita-kita sudah paham siapa calon dimaksud,” sambungnya.
Rinaldo biasa disapa Pak Dokter, didampingi rekan- rekan-nya, mengatakan, kedua kandidat itu sangat serius berkompetisi memperebutkan simpati masyarakat pemilih.
“Tahapan kampanye saat ini, kedua pasang calon wali kota itu, mempersiapkan segalanya. Blusukan (kampanye) didampingi tim pemenangan maupun simpatisan tampak ramai. Alat peraga seperti baleho, poster dan spanduk terpajang di 24 kelurahan, hingga ke gang-gang kecil sekalipun bahkan di tiang-tiang listrik lampu jalan. Tak ketinggalan kertas atau buku visi-misi serta stiker bergambarkan sang kandidat,” ucapnya.
“Kemudian, tersedia posko pemenangan di masing- masing kecamatan hingga kelurahan. Bahkan fasilitas berbentuk alat transportasi berbalut motto dan gambar kandidat bagi relawan guna bersosialisasi, memadai,” tambahnya.
Kandidat lain
Terkait calon wali kota lain, misalnya kaliber umarak di bidang agama dan adat, Rinaldo, sempat berfikiran nelangsa.
“Sekilas saya terpikir, suatu ketika, misalnya saja beliau dalam majlis berceramah dan dibanjiri para jama’ah. Selesai ceramah, jama’ah kembali ke rumah masing-masing. Namun, di perjalanan kembali atau saat keluar usai acara, tiba-tiba saja, ada orang lain memberikan jilbab dan sarung gratis. Kemungkinan, jama’ah yang terima jilbab dan sarung itu, bakal lebih ingat siapa si pemberi dari pada inti ceramah,” katanya meilustrasikan.
Dari pikiran nelangsa tersebut, lanjut dia, dapat diambil gambaran. Bagaimana sebetulnya fenomena politik disaat para kandidat berupaya mencari simpati pemilih.
“Dulu rabab nan batangkai, kini kalikih nan babungo. Dulu, adat nan urang pakai, kini pitih nan paguno,” (Dahulu rebab atau alat musik gesek tradisional bertangkai, kini pepaya yang berbunga. Dahulu adat yang dipergunakan atau diutamakan, kini uang yang diperlukan)
“Masaklah padi urang Pitalah, kok digantang ampek sukek. Adat lah tingga di pepatah, agamo tingga di surek,” (Sudah matang padi orang Pitalah, jika dihitung empat sukat. Adat sudah tinggal di pepatah, agama tinggal di surat) katanya berpantun.
“Bara bana lilik deta, bara bana cadiak aka dalam kapalo, kekuasaan dapek juo di urang nan bapunyo,” (Berapapun lilitan selendang dan pintar akal pikiran di kepala, kekuasaan tetap dipegang orang berpunya) sambung salah seorang rekan Pak Dokter.
Ia juga contohkan isi atau realita pantun di atas. Dimana Senator Irman Gusman yang sempat menjalani hukuman selama 3 tahun di Suka Miskin, Bandung akibat tersandung kasus gratifikasi gula di Sumbar, mampu meraih perolehan suara terbanyak. Irman berhasil kalahkan politikus senior lain seperti Ema Yohana.
“Fakta kan ?. Boleh disebut mantan koroptor lah. Tetapi berhasil mendulang suara masyarakat pemilih. Disebabkan apa ?,” tanya dia.
Sanksi Hukum
Rinaldo katakan lagi, kembali ke calon wali kota Bukittinggi karakteristik tokoh tadi, dimana seandainya terjadi praktik demikian (Jama’ah lebih ingat si pemberi jilbab dan sarung) tentu ada sanksi aturan yang mengikat.
“Diantaranya undang- undang gratifikasi atau pun politik uang. Jika dilanggar, pastinya ada sanksi. Baik terhadap si pemberi maupun si penerima,” ucapnya.
Selain itu, tambah dia, lebih berat lagi sanksi hukum gratifikasi dalam Islam. Dimana umatnya diperintahkan menjauhi tindakan suap menyuap.
“Praktik suap yang diistilahkan risywah itu, bagi umat Islam hukumnya haram,” terang Rinaldo.
Seperti diketahui, calon wali kota dan wakil wali kota mengikuti pilkada 2024 Bukittinggi sebanyak empat pasang. Empat pasang kontestasi itu adalah Marfendi- Fauzan Havis nomor 1, novil- Teja, nomor 2. Erman Safar- Heldo Aura, nomor 3 dan Ramlan Nurmatias-Ibnu Azis nomo 4. (and)