BUKITTINGGI – asakitanews.com– Cawawako kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Fauzan Havis menyampaikan, tagline “Selamatkan Bukittinggi” dibuat bukan tanpa alasan, melainkan berdasarkan situasi kondisi (sikon) masyarakat kota.
Diketahui, lanjut Fauzan, masyarakat Bukittinggi pada umumnya merupakan pedagang. Artinya, sumber perekonomian masyarakat berasal dari hasil perdagangan. Dengan demikian, maka sentra perekonomian berasal dari pasar, seperti Pasar Ateh, Pasar Bawah, Pasar Banto, Aur Kuning, Pasar Aur Tajungkang dan pasar-pasar kecil lain.
Namun, lanjut pasangan Cawako Buya Marfendi itu, kini, situasi dan kondisi pasar tidak lagi seperti yang diharapkan pedagang. Dimana, transaksi atau jual beli para pedagang sangat rendah bahkan minus transaksi.
“Saya selain akademisi, juga pedagang. Dan saya paham serta mengetahui sikon para pedagang. Kita contohkan saja Pasar Ateh, dimana para pedagang disana betul-betul keluhkan minimnya jual beli,” kata Fauzan kepada asakitanews.com di sela sosialiasi di lingkungan masyarakat setempat, Selasa (5/11/2024).
“Melihat situasi, maka lahirlah tagline “Selamatkan Bukittinggi”. Jadi, kami hadir atau maju mencalonkan diri sebagai wali kota dan wakil wali kota periode 2025- 2030, bertujuan bagaimana menyelamatkan masyarakat pedagang dari keterpurukan ekonomi. Parahnya, hal tersebut terjadi, bukan saja di Pasar Ateh, namun terjadi di pasar-pasar lain,” sambung dia.
Fauzan jelaskan, mengatasi realita di atas, maka harus dilakukan perubahan. Perubahan yang cepat, tepat, terprogram dan matang. “Tentu kami telah mempersiapkan program yang tepat dan matang tersebut,” ujarnya.
Cawawako nomor urut 1 itu mengakui, guna melakukan perubahan, tentu butuh waktu. Mungkin sebulan, setahun dan seterusnya. Akan tetapi, jika dirinya bersama Buya Marfendi diamanahkan memimpin Bukittinggi periode 5 tahun mendatang, maka dalam 100 hari kerja, solusi mengatasi permasalahan tersebut dipersiapkan sematang- matangnya.
“Guna menyelamatkan Bukittinggi, kita harus lihat secara integral, bukan parsial atau sebagian. Tapi keseluruhan, baik Pasar Ateh, Pasar Bawah, Pasar Banto, Aur Kuning, Aur Tajungkang dan pasar-pasar lain,” katanya.
“Kami, bakal realisasikan dalam 100 hari kerja jika nanti dipercaya masyarakat memimpin Bukittinggi. Kami atasi permasalahan kota secara menyuluruh,” tambah Fauzan.
Ketua DPC Bukittinggi Partai Ummat ini mengingatkan, Bukittinggi hanya seluas 25 meter persegi dan efektif kurang lebih 17 meter persegi. Dimana sisanya adalah lembah alias ngarai dan lubang.
Luas kota yang kecil, kata dia lagi, sehingga sangat mudah dipetakan. Meski demikian, mengatasi permasalahan kota (ekonomi, sosial, pembangunan dan lain-lain) sangatlah rumit, apabila tidak menemukan solusi yang tepat.
“Jadi, melihat fakta sekaligus menyelesaikan permasalahan yang rumit, lebih dulu harus mengetahui persoalan atau kebutuhan krusial. Sekali lagi, terkait hal itu, kami telah menemukan atau mempersiapkan cara efektif guna menyelesaikan persoalan utama kota,” jelasnya.
Misalkan, tambah Fauzan, guna menyelesaikan realita kekinian, dibuat program angkutan kota (angkot) gratis. Hal tersebut, menurut dia, bukan menyelesaikan permasalahan kota secara keseluruhan atau bukan mengatasi persoalaan utama.
“Program tersebut bukan solusi tepat atasi problema Bukittinggi. Ditambah lagi, defisit anggaran atau PAD yang terus merosot turun. Sehingga kita tidak melihat sistem matematika program naik angkot gratis tersebut,” kata Fauzan mengakhiri. (and)